Kamis, 04 Februari 2021

TUGAS TIGA

 

KARTINI

 

 

 

 

 

 

 

 

RA .KARTINI lahir pada tanggal 21 april 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA .KARTINI dikenal sebagai wanita yang memperotokoli kesejateraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya deskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita dimasa itu, dimana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan.

Kartini sendiri mengalami kejadian ini ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan study nya kejenjang yang lebih tinggi. Kartini sering berkorespodensi dengan teman temannya diluar negri, dan akhirnya surat surat tersebut dikumpulkan oleh abendanon dan dikumpulkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Biografi singkat kartini semasa hidupnya dimulai dengan lahirnya Kartini di Keluarga Priyayi. Kartini yang memiliki nama panjang Raden Adjeng Kartini ini ialah anak perempuandari seorang patih yang kemudian diangkat menjadi Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningkrat.

Ibu kartini memliki nama M.A Ngasirah, istri pertama dari Sosroningkrat yang bekerja sebagai guru agama disalah satu sekolah di telukawur, Jepara. Silsilah keluarga kartini dari ayahnya, bisa dilacak terus hingga Sultan Hamengkubuono IV, dan garis keturunan sosro ningkrat sendiri bisa terus ditelusuri hingga pada masa kerajaan Majapahit.

Ayah kartini sendiri adalah awalnya hanyalah seorang wedana( sekarang pembantu bupati) di Mayong. Pada masa itu, pihak koloneal belanda mewajibkan siapapun yang menjadi bupati harus memiliki bangsawan sebagai istrinya, dan karena M.A Ngasirah bukanlah seorang bangsawan, ayahnya kemudian menikah lagi dengan Raden Adjeng Moerjam, wanita yang keturunan langsung dari RAJA Madura. Pernikahan tersebut juga langsung mengangkat kedudukan ayah nya kartini menjadi bupati, menggantikan ayah dari R.A Moerjam, yaitu Tjitrowikromo.

Oleh karena ayahnya adalah orang penting dalam pemerintahan, kartini sempat diberi kebebasan untuk mengenyam pendidikan yang lebih dibanding perempuan lainnya. Ia bersekolah di ELS(EUROPOSE LAGERE SCHOOL) walaupun hanya sampai berumur 12 tahun. Disanalah antara lain kartini belajar bahasa belanda.

Dengan keterampilannya berbahasa belanda, kartini mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman temannya yang berasal dari belanda. Disitulah ia mencurahkan segala unek uneknya tentang ketidak adilan yang dirasakannya akan beberapa hal yang ia anggap memojokan wanita pada masa itu.

Sebelum kartini berumur 20 tahun, ia sudah membaca buku seperti De Stille Kraacht milik Louis Coperus, Max Havelaar dan surat surat cinta yang ditulis Multatuli, hasil buah pemikiran Van Eeden, roman-feminis yang dikarang oleh Nyonya goekoop de-jong van beek, dan Die waffen nieder yang merupakan roman anti-perang tulisan Berta Von Suttner. Semua buku yang dibacanya berbahasa belanda.

Pada tanggal 12 November 1903, kartini dipaksa menikah dengan bupati rembang oleh orang tuanya. Bupati yang bernama K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat ini sebelumnya sudah memiliki istri, namun ternyata suaminya sangat mengerti cita-cita kartini dan memperbolehkan kartini membangun sebuah sekolah wanita.

 

Selama pernikahannya, kartini hanya memiliki satu anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningkrat. Kartini kemudian menghembuskan nafas terakhirnya 4 hari setelah melahirkan anak satu-satunya di usia 25 tahun. Tanggal 17 September 1904  Kartini dimakamkan di Desa bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar